WAHAI JIWA-JIWA YANG TENANG
Oleh Jibril Abdurrahmanيَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ -٢٧- ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً -٢٨- فَادْخُلِي فِي عِبَادِي -٢٩- وَادْخُلِي جَنَّتِي -٣٠-
“waha jiwa-jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridlo dan diridloi-Nya maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah kalian kedalam surga-Ku”
Kata-kata yang indah tercatat dalam kitab suci Al-Quran, merayu kita untuk senantiasa mengumandangkannya, mendengarkannya. Rayuan dari Allah swt nan menggugah hati kita untuk selalu tunduk dan patuh menjalankan segala ketentuannya. Sudah sepatutnya kita sebagai hamba untuk menyembah, mengagungkan, menyanjung, dan juga memuji Tuhan kita, Allah swt. Seluruh aktifitas kita persembahkan semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya.
Surga, siapakah orang yang tdak ingin menjadi penghuni surga? Tentunya semua orang yang meyakini adanya Tuhan pasti mempunyai keinginan untuk masuk surga, termasuk saya. Namun siapakah orang yang layak untuk masuk surga? Tidak sembarangan orang dapat masuk surga, hanya segelintir orang yang dapat masuk ke dalamnya, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan tersebut. Untuk menjadi ahli surga tentunya kita harus memiliki karakter yang special dalam pandangan Allah swt.
Salah satu karakter yang menjadi patokan Allah swt untuk menilai kelayakan hambanya masuk surga adalah hamba tersebut memiliki jiwa yang tenang. Telah difirmankan oleh Allah swt dalam Surah Al-Fajr ayat 27-30, seperti yang telah tertulis di atas.
Ada 3 karakter yang harus kita miliki untuk mendapatkan gelar “annafsul mutmainnah”, yaitu :
1. Selalu Memaafkan Orang yang Telah Menyakiti Kita
Masalah maaf memaafkan memang sulit, tidak sedikit orang yang gagal dalam menghadapi cobaan yang satu ini. Yang ada malah sumpah serapah yang terlontar. Semisal “saya tidak akan memaafkannya sampai tujuh turunan”, “haram bagi saya untuk memaafkannya”, dan lain macam sebagainya.
2. Memberi Kepada Orang Yang Tidak Pernah Memberi Kepada Kita
Sepertinya dalam urusan yang satu ini tidaklah terlalu sulit bagi kebanyakan orang, hanya saja memberi saja tidak cukup, harus dibarengi dengan rasa ikhlas*, yang tentunya sulitnya adalah ketika kita dituntut ikhlas. Kebanyakan orang yang memberi jika bukan terpaksa mungkin karena benci (supaya si peminta cepat-cepat pergi dari hadapannya), atau pun ingin dilihat orang (Ria).
3. Menyambungkan Silaturrahmi Kepada Orang Yang Tidak Pernah Bersilaturrahmi Kepada Kita
Untuk menyambungkan tali silaturrahmi biasanya cukup suli, apa lagi menyambungkan yang terputus itu lebih sulit lagi. Biasanya factor gengsi sangat berperan, mungkinkah itu strata social yang membuatnya menjadi gengsi, masalah perbedaan agama, sampai perbedaan ras atau warna kulit, seperti kasus yang sering terjadi di Amerika pada tahun 70-an.
Pembaca yang budiman, sungguh alangkah indahnya jika kita, semua orang islam mamiliki sifat yang tiga tersebut. saling memaafkan bukan hanya pada waktu lebaran, melainkan setiap saat ia dapat memaafkan saudara seimannya. Sungguh ironis jika kita menginginkan surga tetapi dalam hati kita masih tersimpan dendam yang menggunung kepada mukmin lainnya, bagaimana jadinya nasib kita di akhirat kelak?
“SESUNGGUHNYA SETIAP ORANG YANG BERIMAN ADALAH SAUDARA”
Entri ini dibuat untuk menyambut Ramadlan 1431 H.
Selamat menunaikan ibadah puasa…!!
اللهم سلمني لرمضان و سلم رمضان لي و سلمه مني متقبلا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar